Saat ini para guru dikhawatirkan oleh sebuah tantanngan yaitu moral anak-anak yang makin hari kian merosot. Permasalahan seperti ini memang sudah ada dari zaman dulu akan tetapi banyak guru yang merasakan bahwa moral anak dari masa ke masa semakin anjlok. Tentu banyak faktor penyebab permasalahan tersebut seperti pengaruh media sosial, kurangnya pendidikan karakter di rumah, dan tekananan sosial yang meningkat.
Contoh perilaku sosial yang sangat menonjol dari menurunnya moral anak adalah tindakan bullying, toxic atau suka berkata kasar, tidak menghargai orang lain. Anak-anak dari dulu entah mengapa sangat gemar sekali untuk membully teman-temannya, mungkin mereka menggangap dirinya lebih kuat dari temannya yang lain sehingga berani melakukan tindakan bullying baik berupa ucapan secara verbal bahkan melalui kontak fisik. Selanjutnya anak juga sangat enteng untuk mengucapkan kata-kata kasar dan jorok yang memang tidak pantas untuk diucapkan dan didengar, bahkan ketika berada didekat gurunya berani untuk berkata toxic. Selain itu juga pasti ditemukan anak yang tidak bisa menghargai orang lain baik temannya, gurunya bahkan orang tuanya ketika di rumah. Untuk di lingkungan sekolah contoh perilaku tidak mengharagai tersebut seperti tidak mendengarkan perkataan atau penjelasan dari guru ketika mengajar, suka mengolok-olok dan mengejek temannya. Perilaku-perilaku tersebut menjadi sebuah tantangan berat bagi guru karena selain harus memberikan pengajaran juga harus memperbaiki pendidikan moral anak yang merosot tersebut.
Selain itu ada perilaku di akademik dan perilaku yang berasal dari dirinya sendiri diantaranya yaitu, anak-anak suka menyontek temannya ketika diberikan tugas atau ujian, tidak mengerjakan tugas ataupun pekerjaan rumah yang diberikan oleg guru, suka membuat kegaduhan ketika di kelas, selanjutnya guru merasakan bahwa mereka memiliki rasa kesadaran diri yang rendah terhadap tanggung jawab dan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing anak. Sebagai contoh yaitu tidak mau melaksanakan piket kelas, tidak mau ditunjuk oleh guru ketika menjadi petugas upacara, datang kesekolah hanya sebatas hadir tanpa ada niat untuk belajar tetapi ingin bermain dengan temannya-temannya, dan masih banyak perilaku-perilaku lain yang menjadi permasalahan saat ini di dalam dunia pendidikan.
Lalu hal ini siapa yang pantas untuk disalahkan, apakah gurunya atau orang tuanya bahkan sistem pendidikan atau anak itu sendiri? Mungkin saat ini bukan saatnya untuk saling menyalahkan satu sama lain tetapi harus saling merangkul satu sama lain untuk bekerjasama memperbaiki pendidikan moral anak saat ini. Sebagai seorang tentu harus memikirkan dan memutar otak bagaimana caranya untuk mencari solusi untuk bisa meningkatkan moral anak. Disini seorang guru dapat mencoba melakukan tindakan atau menggunakan strategi menghadapi permasalahan tersebut.
Strategi Menghadapi Tantangan Moral Anak
- Mengembangkan pendidikan karakter; guru dapat mengembangkan pendidikan karakter yang efektif dengan mengintegrasikan nilai-nilai moral ke dalam kurikulum.
- Membangun hubungan yang kuat: guru dapat membanngun hubungan yang kuat dengan anak-anak untuk membantu mereka mengembangkan kemampuan sosial dan emosional.
- Menggunakan contoh yang baik: Guru dapat memberikan contoh yang baik sesuai dengan prinsip Ki Hajar Dewantara dimana guru menunjukan teladan baik dengan nilai-nilai moral yang positif
- Mengembangkan kemampuan berpikir kritis: guru dapat mengembangkan kemampuan kritis anak-anak untuk membantu mereka untuk membuat keputusan yang tepat.
- Kerjasama dengan orang tua: Guru dapat bekerja sama dengan orang tua anak untuk mengawasi dan memberikan pendidikan moral di rumah dengan cara memberikan pengetahuan dasar mengenai baik dan buruknya tindakan yang harus dilakukan dan ditinggalkan oleh anak.
- Mengembangkan sikap tanggungjawab: guru dan orang tua dapat bekerjasama untuk mengembangkan sikap tanggungjawab di dalam diri anak seperti memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan anak, mengajarkan anak mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan
Dengan strategi tersebut serta adanya kerjasama yang erat antara guru, orang tua dan anak diharapkan mampu untuk membantu anak-anak untuk mengembangkan moral yang kuat dan karakter yang baik untuk menyiapkan generasi emas di tahun 2045.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar